Ma’nene’
ialah upacara di sekitar kubur, dengan membersihkan liang kubur,
memberikan persembahan kepada arwah leluhur, mengganti pakaian baru bagi
jenazah apabila bungkusnya sudah tua, dan mengganti pakaian tau-tau
yang sudah lapuk. Upacara ini dilaksnakan sesudah panen. Di beberapa
daerah ritus itu merupakan kelengkapan dari ARS (Aluk Rambu Solo’) dan
dilaksanakan sesudah panen berikutnya sesudah pemakaman. Sementara itu
di beberapa daerah lainnya ritus ini tidak rutin artinya acara ini
dilaksanakan menurut kesempatan entah setahun berikutnya atau beberapa
tahun kemudian. Untuk beberapa daerah lainnya kesempatan ini
dipergunakan untuk menyusulkan atau menambah korban persembahan bagi
mereka yang telah dikubur. Di Pantilang upacara ini disebut “Ma’To’longgi”, atau “Ma’pundu”, Di Baruppu’ disebut “Ma’Nene”, Di Sa’dan disebut “Ma’Palin”.Berikut adalah Syair untuk mengundang arwah, yang diucapkan atau di lantunkan oleh Tominaa:
Iate to mamma’ lan batu dilobang
To matindo lan kumila’ kalle-kallean
La kutundanpakomi susi to mamma’
La kuruyangpakomi ten to matindo
Kamumo te la kisassan kapuran pangan
Kamumo te la kiserekan passambako-bakoan
Anna bo’bo’ ditoding kuni’
Anna rido ditanda mariri’
Sia ma’bayu ka’pun
Bonde tang ketanda-tanda
Dadi limbongmokomi indete rampe matampu’
Tasikmokomi inde kabotoan kulla’
Ammi arru’i te pa’dunna bai
Ammi papassudi te tanda I’lanna to massali tallang
Anna mammi’ mipatobang di kollong do likaran biang
Anna marasa miparonno’ di baroko do sellukan tille
Kukua mangkamokomi ditandan allu’ lan kapuran pangan
Upu’mokomi ditandan pepasan lan pelamberan baulu
Tae’mokomi la salian rinding
Tang deganmokomi la leko’na minangan banua
Dadi la kumandemokomi massola nasang
Anggemmi tokiporara rarana
La tumimbu’na tokipolamba’ makaise’na
Angki kandei ra’dak barokomi te kami lolo kandauremi
Kipopamuntu tang ti’pekki massola nasang.
Terjemahan Bebas
Hai Engkai yang tidur dalam liang batu
Yang bersemayam dibalik tubir batu yang mengagumkan
Akan kubangunkan engkau layaknya orang tidur
Akan kuguncang engkau seperti yang lelap
Bagimulah kami menyiapkan sirih dan pinang
Untukmulah tembakau disajikan
Dan nasi bertanda kunyit
Dan rejeki berwarna kuning
Dan babi berbaju polos
Babi tak punya bintik
Berkumpullah engkau sebanyak-banyaknya di sebelah barat
Berhimpunlah tanpa batas di ufuk matahari terbenam
Hendaklah engkau menyantap empedu babi ini
Runcingkanlah bahagian dalamnya
Untuk mereka yang mencari kedamaian
Supaya lesat dijatuhkan ke leher di atas tempat persembahan dari gelagah
Supaya sedap melewati kerongkongan di atas anyaman pimping berisi persembahan
Seperti yang kukatakan bagimu, waktu telah kutetapkan
Untuk menerima persembahan kapur sirih
Telah menerima ketentuan saat meneriman lembaran daun sirih
Tak ada lagi kalian yang berada di luar dinding
Tak ada lagi dibalik birai-birai rumah
Jadi hendaklah engkau semuanya makan
Sekalian menglirkan darahnya kepada kami
Kalian yang darahnya mengalir dalam tubuh kami, santaplah
Supaya kami anak cucumu makan yang sisa
Supaya beranak cucu layaknya rumpun bambu
Merambak bagaikan rumpun aur.
Bagi
masyarakat Baruppu’ upacara ma’nene’ merupakan upacara tahunan yang
dilaksanakan sesudah panen. Ia merupakan upacara massal bagi seluruh
keluarga Baruppu baik yang tinggal di kampung maupun yang berada di luar
daerah. Oleh karena itu kesempatan ini dimanfaatkan pula sebagai sarana
untuk mengadakan reuni keluarga, reuni masyarakat Baruppu’ terutama
bagi perantau. Karena ma’nene’ adalah penghormatan bagi seluruh arwah
yang jenazahnya berada di dalam liang batu di Baruppu’ sehingga upacara
ini meliputi seluruh orang Baruppu’. Ketika diadakan pemakaman dulu,
mungkin banyak keluarga yang tidak sempat hadir karena berada di luar
daerah, maka pada kesempatan inilah mereka luangkan waktunya untuk
menyatakan dukacitanya. Jenazah di baruppu’ tidak boleh disimpan lebih
dari 5 malam untuk menunggu keluarga jauh. Pada upaca ma’nene’ itulah
kesempatan para perantau atau keluarga untuk pulang kampung mengadakan
reuni.
Bagi
janda/duda baru (yang baru satu tahun dikuburkan) pada kesempatan
inilah dilaksanakan aluk perpisahan dengan almarhum suami atau istrinya,
artinya dalam satu tahun terakhir itu, mereka (suami/istri) masih
merasa bersama-sama, walaupun dalam dunia nyata tidak seperti itu.
Sebelum jenazah suami atau istri dimasukkan kembali ke dalam liang
kubur, Tominaa mengucapkan ritus perpisahan antara almarhum dengan janda
atau dudanya sebagai berikut :
La diannamoko tama batu dilobang
La sangtongkonanmoko topada tindo
Mintu’ nene’ tepo a’pa, tepo karua, daluk sangpula anna
La mendapo’moko napatudu lalan tepo a’pa’mu
Mupatudu lalanni te balimmu anna mendapo’
Manassamoko piak lindo masakke
La situlak-tulakmoko keallo kebongi
La mupatudu lalan lumbang rokko padang
La pakandean manuk la dedekan palungan
La rendenan tedong nang la iko napassarei
La mupatudu lalan tang sipaboringan kada
Dipapada lando dipasiboko’ rinding dipasisa’de minanga
La muoli’ lan patudu lalan
Kiolo dukako kerokkoan padang
Na kendek buranna padang
Na lambi’oi dipatamako kapuran pangan
Ma’pamasakke ma’pakianak
Ammu kianak sola nene’ todolomu
Angki kianak ma'kepak patomali